Kamis, 09 Oktober 2014

anatomi serangga



PEMBAHASAN
ANATOMI LUAR SERANGGA
Dalam pengamatan penampilan umum serangga satu mempunyyai kesamaan dengan serangga lainnya akan tetapi mereka menunjukan keragaman yang sangat besar tentunya. Oleh karena itu untuk membahas bentuk/morfologi dari anatomi serangga. Beberapa istiah berikut sering digunakan untuk menunjukan arah dan bagian tertentu dari tubuh serangga yaitu :
1.      Anterior : mengarah atau berhubungan dengan bagian depan atau kepala serangga.
2.      Pasterior : mengarah atau berhubungan dengan bagian belakang atau ujung apdomen   serangga.
3.      Porsal : mengarah atau berhubungan dengan bagian atas labah atau punggung serangga.
4.      Ventral : mengarah atau berhubungan dengan bagian bawah tubuh atau perut serangga.
5.      Lateral : mengarah atau berhubungan dengan bagian sisi tubuh serangga.
6.      Mesal : mengarah atau berhubungan dengan bagian tengah tubuh serangga.
A.      Kepala
Bentuk umum kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Pada kepala terdapat alat mulut antara, mata majemuk dan mata tunggal (oselus). Permukaan belakang kepala serangga sebagian besar berupa lubang melalui lubang ini berjalan urat syaraf fentral, trakea, sistem saluran pencernaan, urat daging, atau kadang – kadang

a.       Pandangan anterior
b.      Pandangan lateral
c.       Pandangan posterior
Posisi kepala serangga berdasarkan letak arah mulut dapat di bedakan menjadi:
1.      Hypognatus (vertikal)
Apa bila arah mulut serangga menghadap ke bawah dan segmen – segmen kepala ada dalam posisi yang sama dengan tangkai, contohnya : belalang ortoktera
2.      Prognatus (horizontal)
Apabila bagian dari arah mulut menghadap kedepan dan biasanya serangga ini aktif      mangsa, contoh : coccinella arcuta (ordo coleoptera).
3.      Opistognatus (obligue)
Apabila bagian dari arah mulut mengarah kebelakang dan terletak diantara sela – sela pasangan tungkai, contoh : walang sangit, Neptokorixa acuta (ordo meunitera).
                                        
B.  Antena
Serangga mempunyai sepasang antena yang terletak pada kepala dan biasanya tampak seperti “benang” memanjang. Antena merupakan organ penerima rangsangan seperti bau, rasa, raba dan panas. Pada dasarnya, antena serangga terdiri atas tiga ruas. Ruas dasar disebut scape. Scape ini masuk kedalam daerah yang menyelaput (membraneur) pada kepala. Ruas kedua dinamakan pedisel dan ruas berikutnya secara keseluruhan dinamakan flagela (tunggal) = flagelum. Bentuk umum antena serangga adalah sebagai berikut:
                
Antena serangga berfariasi baik dalam bentuk maupun dan ukuran dan ini penting untuk identifikasi. Variasi bentuk antena serangga diuraikan sebagai berikut:
1.      Setaseus
2.      Filiform
3.      Moniliform
4.      Serrate
5.      Pektinat
6.      Bentuk gada
a.       Clavate
b.      Kapitate
c.       Lamelate
d.      Flabelate
7.      Genikulate
8.      Plumosa
9.      Aristate
10.  Stilate
1.      Setaseus  : seperti duri atau rambut kaku dan ruas – ruas menjadi lebih langsing kearah ujung. Misalnya pada capung.
2.      Filiform : seperti benang, ruas – ruasnya berukuran hampir sama dari pangkal keujung dan bentuknya membulat. Misalnya kumbang tanah.
3.      Moniliform : seperti manik – manik, ruasnya berukuran sama dan bentuknya bulat. Misalnya kumbang keriput kayu.
4.      Serrate : seperti gergaji, ruas – ruas antena berbentuk segitiga, terutama pada bagian pertengahan atau dua pertiga ujungnya. Misalnya loncat balik.
5.      Pektinat : sepert sisi, segmen memanjang kearah distal lateral, langsia dan panjang. Misal kumbang warna api.
6.      Bentuk gada : ruas – ruas meningkat garis tengahnya kearah distal atau semakin keujung semakin besar.
a.       Clavate : bila peningkatan besar kearah ujung secara bertahap. Misal Tenebrionidae..
b.      Kapitate : bila ruas – ruas ujungnya meluas tiba – tiba membesar. Misal Nitidulidae.
c.       Lamelate : bila ruas – ruas ujungnya meluas kesamping membentuk semacam pelat – pelat. Misal kumbang juni.
d.      Flabelate : bila ruas – ruas ujungnya memiliki pelebaran kesamping dan berbentuk lembaran – lembaran panjang. Misal kumbang sedar.
7.      Genikulate : berbentuk siku, ruas pertama panjang ruas – ruas berikutnya kecil dan membentuk sudut dengan ruas pertama. Misal semut.
8.      Plumosa : seperti bulu, kebanyakan ruasnya dengan rambut – rambut panjang. Misal nyamuk jantan.
9.      Aristate : ruas terakhir biasanya membesar dan memiliki semacam rambut kaku yang disebut arista. Misal lalat rumah.
10.  Stilate : pada ujung ruas terakhir  terdapat struktur seperti jari memanjang yang disebut stilus atau stili. Misal lalat penyelinap.
                 
C. Mata
Serangga dewasa memiliki dua jenis mata, yaitu mata tunggal dan mata majemuk. Mata tunggal dinamakan osellus. Mata tunggal dapat dijumpai pada larva. Nimfa maupun pada serangga dewasa. Mata majumuk dijumpai pada serangga dewasa dan biasanya berjumlah sepasang, dengan letak pada masing – masing sisi kepala dan posisinya sedikit menonjol keluar, sehingga mata majemuk ini mampu menampung semua pandangan dari berbagai arah.
Mata majemuk atau mata faset, terdiri atas sejumlah (bisa sampai beberapa ribu) satuan – satuan yang dinamakan ommatidia.
·         Kornea : bagian kutikula yang bening, berbentuk lensa segi enam, cembung dibagian luar dan membentuk faset – faset mata.
·         Lapisan korniage : terdiri atas dua sel yang terletak dibagian bawah kornea.
·         Sel kerucut : empat sel berkelompok dan terdapat dibawah lapisan korneagen, dapat membentuk kerucut kristal yang terletak dibawah kornea pada mata yang tidak menpunyai lapisan korneagen.
·         Sel pigmen primer : sel yang mengandung pigmen dan terletak sekitar kerucut kristal.
·         Petinula : bagian dasar ommatidium ; biasanya terdiri atas tujuh sel pelihat yang masing – masing berhubungan langsung dengan saraf penglihat.
·         Rabdom : suatu struktur yang dihasilkan oleh sel pelihat dan terletak ditengah – tengah kumpulan sel pelihat tersebut.
·         Sel pigmen sekunder : sel pigmen yang menyelimuti sebagian dari sel pigmen primer dan reticula.
Ragam dari mata majemuk adalah dalam bentuk ukuran dan banyak fasetnya. Sebagai contoh, capung (Ordo odonata) mempunyai mata majemuk yang berukuran besar serta memiliki banyak faset.
D. Alat Mulut
Serangga berhasil menyesuaikan diri pada hampir semua jenis lingkungan, yang dicapai dengan sejumlah modifikasi bagian – bagian tubuhnya. Salah satu modifikasi tersebut berkaitan dengan alat mulutnya. Jenis alat mulut serangga menentukan jenis makanan dan semacam kerusakan yang ditumbulkannya.
Bagian – bagian alat mulut serangga secara umum terdiri atas sebuah labrum, sepasang mandibel, sepasang maksila, dan sebuah labium serta hipofaring.
             
Pada dasarnya alat mulut serangga dapat digolongkan menjadi :
1.      Menggigit- mengunyah, seperti pada ordo Orthoptera, Coleoptera, Isoptera, dan larva atau ulat.
2.      Menusuk-mengisap, seperti pada ordo Homoptera dan Hemiptera.
3.      Mengisap, seperti pada ordo Lepidoptera (imagonya).
4.      Menjilat-mengisap, seperti pada ordo Diptera.

E.  Tungkai
Tungkai atau kaki merupakan salah satu embelan pada toraks serangga selain sayap. Tungkai serangga terdiri atas beberapa ruas (segmen). Ruas pertama disebut koksa (coxa) merupakan bagian yang melekat langsung pada toraks. Ruas kedua disebut trokhanter (trochanter), berukuran lebih pendek dari pada koksa dan sebagian bersatu dengan ruas ketiga. Ruas ketiga disebut femur merupakan ruas yang terbesar. Selanjutnya, ruas keempat disebut fibia, biasanya lebih ramping tetapi kira – kira sama ratanya panjangnya dengan femur. Pada bagian ujung fibia ini biasanya terdapat duri – duri atau taji. Ruas terakhir disebut tarsus – tarsus ini biasanya terdiri atas 1 sampai 5 ruas. Diujung ruas terakhir tarsus terdapat pretarsus yang terdiri dari sepasang kuku tarsus. Kuku tarsus ini disebut claw. Diantara kuku tersebut terdapat struktur seperti bantalan yang disebut arolium.
                         
Serangga dewasa dan beberapa serangga muda (pradewasa) memiliki tungkai pada bagian toraksnya. Akan tetapi terdapat serangga muda apodous (tidak bertangkai), seperti larva lalat (sering disebut tempayak). Bahkan ada serangga dewasa yang tidak bertungkai secara jelas, misalnya kutu penisai betina. Sesungguhnya, tungkai serangga banyak yang mengalami modifikasi dari bentuk yang umum dengan fungsi sebagai pejalan. Sejumlah bentuk tungkai serangga yang khas beserta fungsinya dijelaskan sebagai berikut :
a.       Tipe cursorial, adalah tungkai yang digunakan untuk berjalan dan berlari.
b.      Tipe fossorial, adalah tungkai yang digunakan untuk menggali, ditandai dengan adanya kuku depan yang keras.
c.       Tipe saltatorial, adalah tungkai yang berfungsi untuk meloncat, ditandai dengan pembesaran femur tungkai belakang.
d.      Tipe raptorial, adalah tungkai yang berfungsi untuk menangkap dan mencengkram mangsa, ditandai dengan pembesaran femur tungkai depan.
e.       Tipe natatorial, adalah tungkai yang berfungsi untuk mendorong/berenang, ditandai dengan bentuk yang tipis serta adanya sekelompok “rambut – rambut” renang yang panjang.
f.       Tipe ambolatorial, tungkai yang berfungsi untuk berjalan ditandai dengan femur dan fibia yang lebih panjang dari bagian tungkai lain. Seperti gambar di bawah ini:
               
Tungkai pada beberapa jenis khusus serangga memiliki struktur khusus yang sesuai dengan fungsinya. Beberapa struktur tersebut antara lain :
a.       Kurbikulum terdapat pada tungkai lebah madu, merupakan wadah tepung sari.
b.      Timpanum terdapat pada fibia tungkai depan dari belakang berantena panjang dan jangkrik.
c.       Pada beberapa jenis serangga terdapat berbagai struktur alat undera pada tungkainya, misalnya : sesilli pada tarsi tungkai depan lalat rumah yang berfungsi untuk merasakan makanan.

F.  Sayap
Serangga merupakan satu – satunya binatang inverbrata yang memiliki sayap. Adanya sayap memungkinkan serangga dapat lebih cepat menyebar (mobilitas) dari suatu tempat ketempat lain dan menghindar dari bahaya yang mengancamnya.
Sayap merupakan tonjolan integumen dari bagian meso dan metoraksi. Tiap sayap tersusun atas permukaan atas dan bawah yang terbuat dari bahan khitin tipis. Bagian – bagian tertentu dari sayap yang tampak sebagai garis tebal disebut  pembuluh yang atau rangka sayap pembuluh atau rangka sayap memanjang disebut rangka sayap membujur (longitudinal) dan yang melintang disebut rangka sayap melintang. Sedangkan, bagian atau daerah yang dikelilingi pembuluh atau rangka sayap disebut sel.
Tidak semua serangga memiliki sayap. Serangga yang tidak bersayap digolongkan kedalam subkelas aptery gota, sedangkan serangga yang memiliki sayap digolongkan kedalam subkelas ptery gota.
Sayap serangga terletak pada mesotoraks, apabila serangga memiliki dua pasang sayap. Jika serangga hanya memiliki satu sayap, maka sayap tersebut terletak pada mesotoraks dan pada metatoraks terdapat sepasang halter. Halter ini berfungsi sebagai alat keseimbangan pada saat serangga tersebut terbang.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pada sayap serangga terdapat pembuluh sayap atau rangka sayap. Pola rangka sayap berbeda untuk setiap jenis serangga, dan ini penting dalam identifikasi. Hingga sekarang, akan tetapi yang paling umum dan luas digunakan adalah sistem pola rangka sayap menurut comstock-Needham.
                  
a.       Rangka sayap membujur (longitudinal), adalah :
Costa (C) : tidak bercabang dan terdapat pada tepi depan sayap.
Subcosta (Sc) : rangka sayap yang bercabang dua, yaitu Sc1 dan Sc2.
Radius (R) : rangka sayap radius ini bercabang menjadi R1 dan sektor-radial (Rs). Sektor- radial (Rs) ini biasanya bercabang empat, yaitu R1, R2, R3, dan R4.
Median (M) : biasanya bercabang empat, yaitu M1, M2, M3, dan M4.
Cubitus (Cu) : bercabang menjadi dua, yaitu Cu1 dan Cu2. Cu1 ini bercabang lagi menjadi Cu1a dan Cu1b.
Anal (A) : biasanya tidak becabang, berturut – turut dari depan ke belakang adalah anal pertama (1A), anal kedua (2A), anal ketiga (3A) dan seterusnya.



b.      Rangka sayap melintang
                                    Rangka sayap melintang ini menghubungkan rangka sayap membujur (longitudinal) yang utama dan di beri nama menurut letaknnya atau berdasarkan nama rangka sayap membujur yang dihubungkannya. Rangka sayap melintang tersebut adalah :
Humeral(h)                  : terletak dekat pangkal sayap diantara kosta dan subkosta.
Radial(r)                      : menghubungkan R1 dengan cabang depan radius sektor (Rs).
Radio-medial(r-m)    : menghubungkan cabang posterior radius dengan cabang    anterior median.
Medial (m)                   : menghubungkan M2 dan M3.
Medio-cubital (m-cu)  : menghubungkan cabang posterior media dengan cabang  anterior kubitus.
Cubito-anal                   : menghubungkan cabang posterior kubitus dan anal pertama  (1A).
            Sepeti mulut, antena, dan tunkai, maka sayap juga mengalami modifikasi bentuk dan fungsi,modifikasi syap ini menjadikan pedoman untuk menggolongkan serangga ke dalam ordo. Bentuk-bentuk  modifikasi sayap serangga adalah sebagai berikut :
(a)    Pada trips  (Thysanoptera)  sayap depan dan belakang berupa rumbai  (gambar 28 A).
(b)   Pada kumbang ( Celoeptera), sayap depan mengeras dan dinamakan elitra (tunggal berganda elitron). Elitra  berfungsi untuk melindungi sayap belakang yang berupa selaput (membran). Sayap belakang akan terlipat dibawah sayap depan (elitra) apabila serangga ini tidak terbang.
(c)    Pada kepik (Diptera), sayap depan berkambang sempurna,sedangkan sayap belakang mengalami modifikasi menjadi struktur seperti gada yang disebut halter. Halter berfungsi sebagai penyeimbang pada saat serangga ini terbang.
(d)   Pada kepik (Hemiptera), sayap depan sebagian mengeras dan sebagian lainnya tetap berupa selaput (membran) yang berisi tulang – tulang sayap. Sayap – sayap kepik ini disebut tegmina (tunggal : tegmen).

G. Abdomen
Abdomen pada serangga primitif  tersusun atas 11-12 ruas yang dihubungkan oleh bagian seperti Selaput (membran). Jumlah ruas untuk tiap spesies tidak sama. Pada serangga primitif (belum mengalami evolusi) ruas abdomen berjumlah 12. Perkembangan evolusi serangga menunjukkan adanya tanda – tanda bahwa evolusi menuju kepengurangan banyaknya ruas abdomen.
Sebagian besar ruas abdomen tampak jelas terbagi menjadi tergum (bagian atas) dan sternum (bagian bawah), sedangkan pleuron (bagian tengah) tidak tampak, sebab sebagian bersatu dengan tergum. Perbedaan kelamin jantan dan betina dapat dilihat jelas pada bagian abdomen ini. Pada abdomen serangga betina terdapat 10 ruas tergum dan 8 ruas sternum, sedangkan pada serangga jantan terdapat 10 ruas tergum dan 9 ruas sternum. Ruad ke-11 abdomen pada belalang betina tinggal berupa pelat dorsal berbentuk segitiga yang dinamakan epiprok dan sepasang pelat lateroventral yang dinamakan paraprok. Di antara ujung – ujung epiprok dan paraprok terdapat lubang anus. Tergum ruas ke-11 memiliki sepasang embelan yang dinamakan cerci (tunggal : cercus). Pada serangga betina embelan – embelan termodifikasi pada ruas abdomen kedelapan dan kesembilan membentuk ovipositor (alat peletakkan telur) di mana terdiri atas dua pasang katub yang dinamakan valvifer dan selanjutnya menyandang  valvulae (sepasang pada ruas kedelapan dan dua pasang pada ruas kesembilan). Alat kopulasi pada serangga jantan biasanya terdapat pada ruas abdomen kesembilan.
Pada kedua sisi ruas abdomen pertama terdapat lubang yang cukup besar dan tertutup oleh selaput tipis yang disebut timpanum (alat pendengaran pada belalang). Spirakel (lubang pernapasan) pada abdomen terletak di depan timpanum, dan spirakel lainnya terletak pada ruas abdomen kedua sampai kedelapan pada sebelah bawah dari tergum. Pada serangga betina yang mempunyai ovipositor, struktur dari alat ini sangat beragam, tergantung dari telur – telur yang akan diletakkan. Sebagai gambaran, diberikan beberapa bentuk ovipositor serangga, sebagai berikut:
(a)    Ovipositor Cicada yang meletakkan telur di bawah kulit kayu pada cabang – cabang pohon berbentuk pisua tajam dan kaku.
(b)   Belalang pedang (Sexava spp) memiliki ovipositor berbentuk pedang sehingga dapat meletakkan telur – telurnya di bawah permukaan tanah.
(c)    Tabuhan parasitik dari famili Icneumonidae (Hymenoptera) memiliki ovipositor yang sangat panjang, sehingga dapat menembus kulit batang padi untuk meletakkan telurnya pada larva penggerek batang padi.
Serangga betina dewasa yang tergolong apterygota, seperti Thysanura, memiliki ovipositor yang primitif di mana bentuknya terdiri dari dua pasang embelan yang terdapat pada bagian bawah ruas abdomen kedelapan dan kesembilan. Sesungguhnya, terdapat sejumlah serangga yang tidak memiliki ovipositor, dengan demikian serangga ini menggunakan cara lain untuk meletakkan telurnya. Jenis serangga tersebut terdapat dalam ordo Thysanoptera, Mecoptera,Lepidoptera, Coleoptera, dan Diptera. Serangga ini biasanya akan menggunakan abdomennya sebagai ovipositor. Beberapa spesies serangga dapat memanfaatkan abdomennya yang menyerupai teleskop sewaktu meletakkan telur – telurnya.